TURUNAN KOLAMIN (ETER AMINO ALKIL), TURUNAN ETILDIAMIN DAN TURUNAN PROPILAMIN

Antagonis H1


Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin  klasik atau antihistamin H1,adalah senyawa yang dalam  kadar rendah da[at menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan  mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca,misalnya radang  selaput lender hidung,bersin,gatal pada mata,hidung dan tenggorokan,dan gejala alergi pada kulit,seperti pruritik,urtikaria,ekzem,dan dermatitis.Selain itu antagonis H1 juga digunakan sebagai antiemetik,antimabuk,antiparkinson,antibatuk,sedative,antipisikotif dan anastesi setempat. Antagonis H1 kurang efektif untuk pengobatan asma bronchial dan syok anafilatik. Kelompok ini menimbulkan efek potensial dengan alcohol dan obat penekan system saraf pusat lain. Efek samping antagonis H1 antara lain mengantuk,kelemahan otot,gangguan koordinasi pada waktu tidur,gelisah,tremor,iritasi,kejang dan sakit kepala. Secara umum antagonis H1 digunakan dalam bentuk garam HCl,sitrat,fumarat,fosfat,suksinat,tartrat dan maleat,untuk meningkatkan kelarutan dalam air.Contoh obat yang bekerja pada reseptor ini adalah:

1. Eter Amino Alkil

  • Senyawa-senyawa yang paling aktif mempunyai panjang rantai dua atom C. Kuarterinisasi nitrogen rantai  samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang aktif. 
  • Golongan ini mempunyai aktivitas antikolinergik nyata, yang mempertinggi aksi pengeblokan reseptor H1  pada sekresi eksokrin.
  • Efek samping pemakaian eter amino alkil tersier adalah mengantuk, sehingga dipergunakan sebagai pem-bantu tidur pada obat tanpa resep.
  • Golongan ini dapat mengganggu penampilan tugas pasien yang memerlukan ketahanan mental

Contoh:
Difenhidramin HCl USP = Benadryl
Basa bebasnya seperti minyak dan larut dalam lipid, tersedia dalam garam HCl, yang berupa kristal yang berasa pahit, stabil diudara  dan larut dalam air, alkohol dan kloroform, pKa : 9. Larutan 1 % dalam air mempunyai pH sekitar 5. Difenhidramin mudah disintesis, dengan mengkondensasikan benzhidril bromida dengan dimetil amino etanol dengan adanya natrium karbonat.
                                                                       Na2CO3
(C6H5)2 CHBr + (CH3)2N CH2CH2OH ---------------> (C6H5)2CH-OCH2CH2N(CH3)2
Diberikan secara oral atau parentral untuk pengobatan urtikaria, rinitis musiman dan antiemetik dan obat batuk. Difenhidramin diikat oleh plasma protein 80-98%, kadar tertinggi dicapai dalam 2-4 jam setelah pemberian oral.

Dimenhidrinat USP; Dramamine = 8-kloroteofilin-2-(difenil metoksi)-N-N-dimetil etilamin.
Dibuat dengan mereaksikan difenhidramin dengan 8-kloroteofilin. Dengan adanya turunan purin tersebut dimaksudkan agar ada efek menstimulasi system syarat pusat. Dapat digunakan untuk mabuk perjalanan dan untuk mengatasi rasa mual pada waktu hamil.

Karbinoksamin Maleat ;  Colistin maleat 
Bentuk basa bebasnya berupa cairan menyerupai minyak yang larut dalam lipid. Garam maleatnya berbentuk kristal putih, larut dalam air dan mudah larut dalam alkohol dan kloroform. Perbedaan  struktur karbinoksamin  dengan klorfeniramin  terletak pada atom oksigen yang dipisahkan oleh atom karbon asimetrik dari rantai samping aminoetil. Isomer levo karbinoksamin yang lebih aktif  mempunyai konfigurasi absolut S dan dapat superimposabel dengan isomer klorfeniramin yang mempunyai konfigurasi absolut S. Karbinoksamin merupakan antihistamin poten yang efek sedasinya kurang menonjol dan tersedia sebagai campuran rasemik.

Klemastin Fumarat
Obat ini mempunyai aksi durasi yang lama, dengan aktivitas yang mencapai maksimum dalam 5 – 7 jam, dan tetap berlangsung selama 10 – 12 jam. Jika diberikan peroral akan diabsorpsi dengan baik dan ekskresinya terutapa di urin. 


2. Etilendiamin

  • Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. 
  • Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
  • Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral.
  • Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
  • Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.

 Contoh:
Tripelenamin HCl (azaron,Tripel),mempunyai efek antihistamin sebanding difenhidramin dengan efek samping lebih rendah.Tripelenamin juga digunakan untuk pemakaian setempat karena mempunyai efek anastesi setempat.Efektif untuk pengobatn gejala alergi kulit,seperti pruritis dan urtikaria kronik.
Antazolin HCl (Antistine) mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turunan etilendiamin lain. Antazoin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk pemakain setempat dua kali lebih besar dibanding prokain HCl.Dosis  untuk obat mata : larutan 0,5%
Mebhidrolinnafadisilat (Incidal,Histapan),Stukturnya mengandung rantai samping amenopropi dalam system heterosiklik karbonil dan bersifat kaku. Senyawa tidak menimbulkan efek analgesic dan anestesi setempat. Mehibdrolin digunakan untuk pengobatan gejala pada alergi dermal,seperti dermatitis dan ekzem,konjugtivitas,dan asma bronkial. Penyerapan obat dalam saluran cerna relatif lambat,kadar plasma tetinggi dicapai setelah ± 2 jam dan menurun secara bertahap sampai 8 jam.


3. Turunan Propilamin
·     Anggota kelompok yang jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral.
·     Turunan tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang dibentuk dengan d-asam tartrat.
·      Antihistamin golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif.
·      Mereka tidak cenderung membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini.
·     Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N  faktor penting untuk aktivitas antihistamin.
·      Gugus pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
·  Pada anggota alkena (tidak jenuh), aktivitas antihistamin konfigurasi E berbeda sangat menyolok dibandingkan dengan  konfigurasi Z, sebagai contoh: E-Pirobutamin sekitar 165 kali lebih poten dari pada Z-Pirobutamin; 
·      E-Triprolidin aktivitasnya sekitar  1000 kali lebih poten dibandingkan dengan Z-triprolidin.
·  Perbedaan ini  dikarenakan jarak antara amina alifatik tersier dengan salah satu cincin aromatik sekitar 5-6 Ao, yang jarak tersebut diperlukan dalam ikatan sisi reseptor.

Contoh:
Turunan Propilamin yang jenuh

Feniramin maleat; Avil ; Trimeton; Inhiston maleat
Berupa garam yang berwarna putih dengan sedikit bau seperti amin yang larut dalam air, dan alkohol. Feniramin maleat merupakan anggota seri yang paling kecil potensinya dan dipasarkan sebagai rasemat . Dosis lazim : 20 – 40 mg, sehari 3 kali

Klorfeniramin maleat ;  Chlortrimeton maleat; CTM ; Pehachlor
Berupa puder kristalin putih, larut dalam air, alkohol dan kloroform. Mempunyai pKa 9,2 dan larutannya dalam air memounyai pH 4-5. Klorinasi ferinamin pada posisi para dari cincin fenil memberikan kenaikan potensi 10 x dengan perubahan toksisitas tidak begitu besar. Hampir semua aktivitas antihistamin terletak pada enantiomorf dektro. Dektro-klor dan brom feniramin lebih kuat daripada levonya.

Dekstroklorfeniramin maleat = Polaramine maleat
merupakan enantiomer klorfeniramin yang memutar kekanan. Isomer ini aktivitas anti histaminnya paling dominan dan mempunyai konfigurasi S yang super imposable pada konfigurasi S enantiomorf karbinok-samin levorotatori yang lebih aktif.

Bromfeniramin maleat = Dometane maleat
Kegunaan sama dengan klorfeniramin maleat senyawa ini mempunyai waktu kerja yang panjang dan efektif dalam dosis 50 x lebih kecil daripada dosis tripelenamin.

Dekstrobromfeniramin maleat = Disomer
Aktivitasnya didominasi oleh isomer dekstro, dan potensinya sebanding.

Turunan Propilamin yang tidak jenuh


Pirobutamin fosfat USP; Pyronil fosfat;  (E)-1-[4-(4-Klorofenil)-3-fanil-2-butenil]pirolidin difosfat.
Berupa serbuk kristal putih yang larut dalam air panas sampai 10 %. Garam fosfatnya lebih mudah diabsorbsi daripada garam HCl nya.

Tripolidin HCl USP; Actidil HCl . (E)-2-[3-(1-pirrollidinil)-1-p-tolil propenil) Piridin Mono hidroklorida.
Berupa puder kristalin putih, larut dalam air, alkohol dan larutannya alkali terhadap lakmus. Aktivitasnya terutama ditentukan pada isomer geometriknya dimana gugus pirolidinometil adalah trans terhadap gugus 2-piridil. Studi farmakologi terbaru memastikan aktivitas tripolidin yang tinggi dan keunggulan isomer E terhadap isomer Z sebagai antagonis-H1.


PERTANYAAN
1. Bagaimana salah satu hubungan struktur dan aktivitas dari turunan etil amino alkil?
2. Apa efek samping paling berbahaya penggunaan jangka panjang obat turunan eter aminoalkil sebagai histamin?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya alergi?
4. Obat apa saja yang dapat berinteraksi dengan obat-obat antihistamine?
5. Bagaimana respon tubuh jika penggunaan obat tersebut diberikan secara bersamaan dengan obat sedativ hipnotik?
6. Mengapa obat antihistamin menyebabkan rasa kantuk?
7. Bagaimana mekanisme kerja salah satu obat anti histamin yang dipaparkan diatas (diphenhidramin, dimenhidrinat,feniramin maleat, CTM, dll)?

Komentar

  1. hi hilda, saya akan mencoba menjawab mengenai mekanisme alergi jadi ketika seseorang terpapar alergen, tubuhnya akan bereaksi memroduksi antibodi IgE, untuk mengikat allergen.

    Antibodi melekat pada sel darah yang disebut sel mast. Sel mast dapat ditemukan di saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan tempat lainnya. Sel mast akan melepaskan bermacam bahan kimia ke dalam darah. Senyawa kimia utama yang diproduksi sel mast adalah histamin, yang menyebabkan sebagian besar gejala reaksi alergi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya lanjutkan
      hubungannya dengan antihistamin yaitu antihistamin secara kompetitif dengan histamin menduduki reseptor histamin agar alergi tidak terjadi

      Hapus
  2. Saya akan menjawab pertanyaan no 2, menurut pendapat saya akan merusak fungsi hati dan ginjal

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat yoan, karena obat tersebut banyak dimetabolisme dihati dan ginjal

      Hapus
  3. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. Menurut beberapa artikel yang saya baca terjadinya kontak tubuh kita dengan allergen. Alergen ini dapat seperti debu, obat, makanan, dan lain-lain yang sekiranya akan menimbulkan reaksi lebih jika zat tersebut masuk dalam tubuh kita.
    Akibat adanya allergen yang masuk, maka sel darah putih akan memproduksi antibody yang akan di gunakan sebagai imun untuk menjaga kestabilan tubuh kita agar tidak terkena imbas bakteri atau racun yang masuk.
    Antibody tadi dapat memancing tubuh untuk memproduksi zat-zat kimia serta hormone yang sering di sebut sebagai mediator.
    Mediator-mediator tadi akan menambah reaksi yang berlebih karena mediator ini dapat merangsang aktivasi sel darah putih.
    Karena akibat reaksi yang berlebihan ini, maka akan terjadilah hipersensitivitas atau reaksi alergi

    BalasHapus
  4. Pertanyaan no.3
    Histamin dapat dibebaskan dari mast cells oleh bermacam-macam faktor, misalnya oleh suatu reaksi alergi (penggabungan antigen-antibodi), kecelakaan dengan cidera serius, dan sinar UV dari matahari. Selain itu, dikenal pula zat-zat kimia dengan daya membebaskan histamin ('histamin liberator') seperti racun ular dan tawon, enzim proteolitis, dan obat-obat tertentu (morfin dan kodein, tubokurarin, klordiazepoksida).

    DAFTAR PUSTAKA

    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  5. menurut saya jawaban no 6 Suatu obat, yang senyawa aktifnya bersifat sangat lipofil (larut lemak) dan mempunyai reseptor di CNS maka obat tersebut berpotensi membuat manusia tidur nyenyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependpat dengan hesty, dimana beberapa reseptor yang ada dalam CNS dapat menyebabkan efek sedasi pada manusia bila reseptor tersebut berikatan dengan suatu zat tertentu, atau bila reseptor tersebut menerima impuls yang mengisyaratkan sesuatu bahwa tubuh kita ini butuh istirahat, sehingga kita merasakan ngantuk. Antihistamin sendiri bersifat lipofil sehingga dapat menembus sawar darah otak, berikatan pada resrptor CNS dan menyebabkan ngantuk seperti yang saya jelaskan sebelumnya

      Hapus
  6. Saya akan mencoba membantu untuk menjawab pertanyaan no 3.
    Didalam tubuh terdapat 5 jenis antibodi atau imunologi, diantaranya adalah G, A, M, E, dan D. Yang banyak berperan pada reaksi alergi adalah antibodi atau imunoglobulin E. antibodi atau imunoglobulin E yang bereaksi pada alergen-alergen tersebut menempel pada sel mast, yaitu sel yang berperan pada reaksi alergi dan peradangan. Jika antibodi ini kontak lagi dengan zat-zat terkait, misalnya protein susu sapi, protein telur, tungau debu rumah dan lain-lain, maka sel mast ini akan mengalami degranulasi (pecah) dan mengeluarkan zat-zat seperti histamin, kinin, dan bradikinin yang terkandung didalam granulanya yang berperan pada reaksi alergi. Zat-zat tersebutlah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala alergi seperti gatal-gatal (biduran), sistem saluran pernafasan (alergi asma, rhinitis alergi), saluran cerna (diare, muntah), kuliy (eksim, biduran), mata (konjungtivitas alergika), dan susunan syaraf (sakit kepala dan lain-lain).

    BalasHapus
  7. hai hilda saya tertarik untuk menjawab pertanyaan no 6
    obat antihistamin bisa menimbulkan kantuk karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relatif lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi sawar darah otak dan ketika di otak ia akan berikatan dengan pusat kesadaran dan mengantuk sehingga meyebabkan muncul rasa kantuk

    BalasHapus
  8. 6. Efek sedatif ini diakibatkan oleh karena antihistamin generasi pertama ini memiliki sifat lipofilik yang dapat
    menembus sawar darah otak sehingga dapat menempel pada reseptor H1 di sel-sel otak. Dengan tiadanya histamin yang menempel pada reseptor H1 sel otak, kewaspadaan menurun dan timbul rasa mengantuk.

    BalasHapus
  9. Untuk jawaban nomor 3. Menurut artikel yang saya baca Reaksi alergi dapat terjadi jika kadar imunoglobulin E sudah cukup banyak. Pada awal kontak dengan alergen mulai timbul perlawanan dari tubuh yang memiliki bakat atopik, yaitu terbentuknya antibodi atau imunoglobulin yang spesifik. Jika kontak dengan alergen ini terjadi secara terus menerus, kadar imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen semakin banyak hingga suatu saat dapat menimbulkan reaksi alergi bila terpapar lagi oleh alergen tersebut

    BalasHapus
  10. saya akan menjawab soal nomor 4.
    Pemberiaan ketokonazol (dan turunan azol lain), eritromisin (dan makrolid lain), kuinidin bersamaan dengan obat astemizol menyebabkan penurunan kerja antihistamin

    BalasHapus
  11. untuk jawaban nomor 1 .
    Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.

    BalasHapus
  12. Saya akan menjawab pertanyaan no. 1 Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.

    BalasHapus
  13. Hai hilda,saya akan mencoba jawab pertanyaan no 2,Efek samping terparah dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat dan pasien-pasien yang peka terhadap terjadinya perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia).

    BalasHapus
  14. 5. Untuk golongan barbiturat jika diberikan kombinasi dengan antihistamin akan menyebabkan efek depresi barbiturat meningkat

    BalasHapus
  15. Saya bantu menjawab yaa Hilda untuk soal nomor 3, menurut beberapa sumber yang telah saya baca, jadi terjadinya reaksi alergi itu disaat antigen memasuki tubuh, secara otomatis seluruh jaringan tubuh akan melakukan suatu proses kompleks untuk mengenali benda asing tersebut. Sel darah putih menghasilkan antibodi spesifik untuk melawan antigen. Proses ini disebut sensitisasi. Antibodi bekerja dengan mendeteksi dan merusak substansi yang menyebabkan penyakit. Pada reaksi alergi, antibodi dikenal sebagai immunoglobulin e, atau ige. Antibodi ini memerintah para mediator untuk memproduksi semacam zat yang mampu mengurangi kadar kimia dan hormon yang dimiliki antigen. Mediator mempunyai efek meningkatkan aktivitas sel darah putih. Inilah yang memungkinkan terjadinya gejala yang mengikuti. Jika hadirnya mediator dirasa sudah cukup, reaksi alergi bisa dikatakan telah berakhir.

    BalasHapus
  16. 7. Mekanisme obat CTM yang merupakan antihistamin golongan pertama yaitu, menghambat kerja dari pelepasan histamin dari reseptornya, sehingga agen histamin yang berperan sebagai respon inflamasi dan menyebabkan timbulnya alergi tersebut tidak akan dihasilkan. Oleh karena itu, alergi tidak akan terjadi

    BalasHapus
  17. 6. Antihistamin generasi pertama adalah jenis yang dapat menyebabkan rasa kantuk setelah digunakan. kenapa bisa menimbulkan kantuk? karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relative lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi sawar darah otak sehingga dapat menempel pada reseptor H1 di sel-sel otak.Dengan tiadanya histamin yang menempel pada reseptor H1 sel otak, kewaspadaan menurun dan timbul rasa mengantuk

    BalasHapus
  18. jawab nomor 7 mba
    7.Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono, 1995)

    BalasHapus
  19. 6. Obat histamine dapat menimbulkan kantuk karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relative lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi sawar darah otak. Suatu obat, yang senyawa aktifnya bersifat sangat lipofil (larut lemak) dan mempunyai reseptor di CNS maka obat tersebut berpotensi membuat manusia tidur nyenyak.

    BalasHapus
  20. nmr 7

    Antibodi melekat pada sel darah yang disebut sel mast. Sel mast dapat ditemukan di saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan tempat lainnya. Sel mast akan melepaskan bermacam bahan kimia ke dalam darah. Senyawa kimia utama yang diproduksi sel mast adalah histamin, yang menyebabkan sebagian besar gejala reaksi alergi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sel mast akan mengeluarkan histamin karena adanya respon tubuh terhadap zat asing

      Hapus
  21. no 3 : Timbulnya reaksi alergi terhadap alergen ketika kontak pertama kali atau disebut dengan proses sensitisasi dapat timbul dalam waktu yang singkat atau beberapa bulan atau hingga beberapa tahun kemudian. Jika alergen tidak dihindari, maka kadar imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen tesebut akan semakin meningkat. Sel mast yang mengalami granulasi atau pecah dapat mengeluarkan zat yang disebut dengan interleukin 4 yang dapat merangsang sel limfosit B untuk menghasilkan imunoglobulin E yang lebih banyak lagi. Reaksi alergen yang berlanjut dapat menghasilkan zat mediator baru yang lebih poten dari zat histamin, yaitu leukoterin. Kondisi ini terutama terjadi pada penyakit alergi yang sudah memasuki tahapan alergi kronis. Jika terjadi hal yang seperti ini, umumnya seseorang akan kebal dengan obat alergi antihistamin biasa. Dibutuhkan obat radang yang lebih bagus, seperti obat golongan kortikosteroid untuk mengobati reaksi alergi yang terjadi.

    BalasHapus
  22. No 7
    Mekanisme kerja diphenhydramine (antihistaminika H1) akan meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H1, dan tidak mempengaruhi histamin yang ditimbulkan akibat kerja pada reseptor H2. Reseptor H1 terdapat di saluran pencernaan, pembuluh darah, dan saluran pernapasan. diphenhydramine bekerja sebagai agen antikolinergik (memblok jalannya impuls-impuls yang melalui saraf parasimpatik), spasmolitik, anestetika lokal dan mempunyai efek sedatif terhadap sistem saraf pusat. Dengan berikatannya diphenhydramine dengan Reseptor H1 maka reaksi alergi tidak terjadi.

    BalasHapus
  23. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 6
    Jadi obat antihistamin menyebabkan kantuk karena senyawa aktifnya bersifat sangat lipofil (larut lemak) dan mempunyai reseptor CNS maka obat tersebut berpotensi membuat manusia tidur nyenyak(bila dosis nya sesuai)

    BalasHapus
  24. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3
    Antibodi melekat pada sel darah yang disebut sel mast. Sel mast dapat ditemukan di saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan tempat lainnya. Sel mast akan melepaskan bermacam bahan kimia ke dalam darah. Senyawa kimia utama yang diproduksi sel mast adalah histamin, yang menyebabkan sebagian besar gejala reaksi alergi.

    BalasHapus
  25. nomor 3 Reaksi alergi dapat terjadi jika kadar imunoglobulin E sudah cukup banyak. Pada awal kontak dengan alergen mulai timbul perlawanan dari tubuh yang memiliki bakat atopik, yaitu terbentuknya antibodi atau imunoglobulin yang spesifik. Jika kontak dengan alergen ini terjadi secara terus menerus, kadar imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen semakin banyak hingga suatu saat dapat menimbulkan reaksi alergi bila terpapar lagi oleh alergen tersebut

    BalasHapus
  26. 7. mekanisme kerja dari feniramin maleat khususnya avil adalah memblokir histamin

    BalasHapus
  27. Saya mencoba menjawab pertanyaan no 2, menurut pendapat saya akan merusak
    1.fungsi hati
    2.ginjal

    BalasHapus
  28. pertanyaan no 2
    menurut pendapat saya akan merusak fungsi hati dan ginjal

    BalasHapus
  29. saya mencoba menjawab nomor 6
    obat antihistamin ini bisa menimbulkan kantuk karena apa? karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relatif lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi sawar darah otak dan ketika di otak ia akan berikatan dengan pusat kesadaran.
    terimakasih....

    BalasHapus
  30. Dalam tubuh kita ada 5 jenis antibodi atau imunoglobulin antara lain G,A,M,E dan D, yang banyak berperan pada reaksi alergi adalah antibodi atau Imunoglobulin E. Dalam tubuh penderita alergi, mempunyai kadar antibodi atau imunoglobulin E tinggi yang spesifik terhadap zat-zat tertentu yang menimbulkan reaksi alergi (zat alergen). Misalnya debu, susu, ikan laut, dan lain lain. Di dalam jaringan tubuh, antibodi atau imunoglobulin E yang bereaksi pada alergen-alergen diatas menempel pada sel mast (sel yang berperan pada reaksi alergi dan peradangan). Bila antibodi atau imunoglobulin E ini kontak lagi dengan zat-zat terkait seperti misalnya protein susu sapi, protein telur, tungau debu rumah dan lain-lain, maka sel mast ini mengalami degranulasi (pecah) dan mengeluarkan zat-zat seperti histamin, kinin dan bradikinin yang terkandung dalam granulanya yang berperan pada rekasi alergi. Zat-zat tersebut yang menimbulkan gejala alergi seperti gatal-gatal (biduran), sisim saluran napas (alergi asma, rhinitis alergi), saluran cerna (diare, muntah), kulit (biduran, eksim), mata (konjungtivitis alergika) serta susunan saraf (sakit kepala dan lain-lain).

    BalasHapus
  31. Kalo menurut saya jawaban nomor 1 itu, yaitu adanya Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
    - Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
    - Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.

    BalasHapus
  32. Mekanisme kerja diphenhydramine (antihistaminika H1) akan meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H1, dan tidak mempengaruhi histamin yang ditimbulkan akibat kerja pada reseptor H2. Reseptor H1 terdapat di saluran pencernaan, pembuluh darah, dan saluran pernapasan. diphenhydramine bekerja sebagai agen antikolinergik (memblok jalannya impuls-impuls yang melalui saraf parasimpatik), spasmolitik, anestetika lokal dan mempunyai efek sedatif terhadap sistem saraf pusat. Dengan berikatannya diphenhydramine dengan Reseptor H1 maka reaksi alergi tidak terjadi.

    BalasHapus
  33. Saya akan menjawab pertanyaan no 2, menurut pendapat saya akan merusak fungsi hati dan ginjal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa saya setuju dengan pendapat okta, katena menurut artikel yg saya baca akan merusak fungsi hati dan ginjal

      Hapus
  34. Proses terjadinya suatu reaksi alergi dapat kita paparkan sebagai berikut :

    Terjadinya kontak tubuh kita dengan allergen. Alergen ini dapat seperti debu, obat, makanan, dan lain-lain yang sekiranya akan menimbulkan reaksi lebih jika zat tersebut masuk dalam tubuh kita.
    Akibat adanya allergen yang masuk, maka sel darah putih akan memproduksi antibody yang akan di gunakan sebagai imun untuk menjaga kestabilan tubuh kita agar tidak terkena imbas bakteri atau racun yang masuk.
    Antibody tadi dapat memancing tubuh untuk memproduksi zat-zat kimia serta hormone yang sering di sebut sebagai mediator.
    Mediator-mediator tadi akan menambah reaksi yang berlebih karena mediator ini dapat merangsang aktivasi sel darah putih.
    Karena akibat reaksi yang berlebihan ini, maka akan terjadilah hipersensitivitas atau reaksi alergi.

    BalasHapus
  35. berdasarkan artikel yang saya baca, mekanisme terjadinya reaksi yaitu :
    Didalam tubuh terdapat 5 jenis antibodi atau imunologi, diantaranya adalah G, A, M, E, dan D. Yang banyak berperan pada reaksi alergi adalah antibodi atau imunoglobulin E. Antibodi atau imunoglobulin E tinggi terdapat didalam tubuh penderita yang mengidap penyakit alergi yang spesifik terhadap zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan reaksi alergi (zat alergen), seperti debu, susu, ikan laut, dan sebagainya. Didalam jaringan tubuh, antibodi atau imunoglobulin E yang bereaksi pada alergen-alergen tersebut menempel pada sel mast, yaitu sel yang berperan pada reaksi alergi dan peradangan. Jika antibodi ini kontak lagi dengan zat-zat terkait, misalnya protein susu sapi, protein telur, tungau debu rumah dan lain-lain, maka sel mast ini akan mengalanu degranulasi (pecah) dan mengeluarkan zat-zat seperti histamin, kinin, dan bradikinin yang terkandung didalam granulanya yang berperan pada reaksi alergi. Zat-zat tersebutlah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala alergi seperti gatal-gatal (biduran), sistem saluran pernafasan (alergi asma, rhinitis alergi), saluran cerna (diare, muntah), kuliy (eksim, biduran), mata (konjungtivitas alergika), dan susunan syaraf (sakit kepala dan lain-lain).

    BalasHapus
  36. 3. Didalam tubuh terdapat 5 jenis antibodi atau imunologi, diantaranya adalah G, A, M, E, dan D. Yang banyak berperan pada reaksi alergi adalah antibodi atau imunoglobulin E. Antibodi atau imunoglobulin E tinggi terdapat didalam tubuh penderita yang mengidap penyakit alergi yang spesifik terhadap zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan reaksi alergi (zat alergen), seperti debu, susu, ikan laut, dan sebagainya. Didalam jaringan tubuh, antibodi atau imunoglobulin E yang bereaksi pada alergen-alergen tersebut menempel pada sel mast, yaitu sel yang berperan pada reaksi alergi dan peradangan. Jika antibodi ini kontak lagi dengan zat-zat terkait, misalnya protein susu sapi, protein telur, tungau debu rumah dan lain-lain, maka sel mast ini akan mengalanu degranulasi (pecah) dan mengeluarkan zat-zat seperti histamin, kinin, dan bradikinin yang terkandung didalam granulanya yang berperan pada reaksi alergi. Zat-zat tersebutlah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala alergi seperti gatal-gatal (biduran), sistem saluran pernafasan (alergi asma, rhinitis alergi), saluran cerna (diare, muntah), kuliy (eksim, biduran), mata (konjungtivitas alergika), dan susunan syaraf (sakit kepala dan lain-lain).

    Reaksi alergi setelah terkena zat alergen membutuhkan waktu atau yang disebut dengan proses sensitisasi yaitu masa sejak kontak dengan alergen hingga terjadi reaksi alergi. Reaksi alergi dapat terjadi jika kadar imunoglobulin E sudah cukup banyak. Pada awal kontak dengan alergen mulai timbul perlawanan dari tubuh yang memiliki bakat atopik, yaitu terbentuknya antibodi atau imunoglobulin yang spesifik. Jika kontak dengan alergen ini terjadi secara terus menerus, kadar imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen semakin banyak hingga suatu saat dapat menimbulkan reaksi alergi bila terpapar lagi oleh alergen tersebut.

    Timbulnya reaksi alergi terhadap alergen ketika kontak pertama kali atau disebut dengan proses sensitisasi dapat timbul dalam waktu yang singkat atau beberapa bulan atau hingga beberapa tahun kemudian. Jika alergen tidak dihindari, maka kadar imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen tesebut akan semakin meningkat. Sel mast yang mengalami granulasi atau pecah dapat mengeluarkan zat yang disebut dengan interleukin 4 yang dapat merangsang sel limfosit B untuk menghasilkan imunoglobulin E yang lebih banyak lagi. Reaksi alergen yang berlanjut dapat menghasilkan zat mediator baru yang lebih poten dari zat histamin, yaitu leukoterin. Kondisi ini terutama terjadi pada penyakit alergi yang sudah memasuki tahapan alergi kronis. Jika terjadi hal yang seperti ini, umumnya seseorang akan kebal dengan obat alergi antihistamin biasa. Dibutuhkan obat radang yang lebih bagus, seperti obat golongan kortikosteroid untuk mengobati reaksi alergi yang terjadi.

    Menghindari alergen atau zat yang dapat memicu alergi merupakan salah satu langkah pencegahan yang tepat untuk dilakukan. Dengan menghidari pemciu alergi, penderita dapat mencegah reaksi alergi yang telah terjadi agar tidak semakin parah. Lakukan pemeriksaan kepada dokter untuk mengetahui perkembangan selanjutnya dari reaksi alergi yang dialami.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TURUNAN FENOTIAZIN

ANALGETIKA